Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi gempa dan tsunami Jawa Timur yang dapat terjadi sewaktu-waktu. BMKG menghimbau kepada pemerintah daerah, khususnya wilayah Jawa Timur untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Berdasarkan penelitian dan pemodelan yang dilakukan oleh BMKG, wilayah Jawa Timur menyimpan potensi bencana gempa bumi yang cukup besar. Namun perlu digarisbawahi, hingga saat ini belum ada alat khusus yang memprediksi secara tepat dan akurat kapan bencana tersebut akan terjadi.
Dwikorita Karnawati,Kepala BMKG menyebutkan, kajian tim ahli BMKG menemukan potensi terburuk bencana tsunami Jawa Timur tersebut setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur yang timbul akibat gempa berkekuatan 8,7 SR tepatnya di lepas pantai perairan Kabupaten Trenggalek.
“Waktu tiba gelombang tsunami tercepat akan sampai di Kabupaten Blitar dengan waktu tempuh gelombang dari pusat gempa selama 20-24 menit,” kata Dwikorita dalam Webinar Kajian dan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Jawa Timur Jumat (28/5/2021) yang diakses oleh Juragan Berita dari kanal YouTube BMKG pada Jumat (4/6/2021).
Generator gempa di Jatim kata Dwikorita bersumber dari zona subduksi lempeng di Samudera Hindia dan sesar aktif di daratan. Sebagai daerah yang berhadapan dengan zona subduksi, maka pantai selatan Jatim berpotensi dilanda tsunami.
Adanya zona seismik gap di pantai selatan Jatim menurut dia patut diwaspadai, karena zona tersebut seharusnya aktif terjadi gempa, namun jarang terjadi gempa signifikan dalam jangka waktu yang lama.
Dwikorita juga menjelaskan hasil analisis dan kajian BMKG yang menyebutkan bahwa potensi genangan hasil tsunami tersebut bisa setinggi 22 meter dan masuknya menjorok cukup jauh ke daratan.
Dalam webinar tersebut juga ditampilkan skala potensi tsunami tertinggi di sepanjang pesisir selatan jawa Timur. Mulai dari pesisir pantai Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Pesisir selatan dan timur Kabupaten Banyuwangi.
Dwikorita memaparkan, sejak tahun 2008 memang kerap terjadi gempa dengan beragam amgintudo di indonesia. Bahkan sejak 12 tahun terakhir, kuantitas gempa terbanyak dan di atas rata-rata tahunan terjadi sejak tahun 2018 sebanyak 11.920 kali, 2019 sebanyak 11.588 kali gempa, dan pada 2020 tercatat 8.258 kali gempa dengan kekuatan magnitudo rata-rata di bawah 5. Hanya beberapa kali di atas 5 SR yang sifatnya merusak.
Berdasarkan fenomena dan tren kejadian gempa yang terjadi, perlu diwaspadai adanya gempa dengan kekuatan magnitudo yang besar. Hal tersebut mengacu pada kejadian gempa yang sudah pernah terjadi dengan magnitudo tinggi, selalu diawali dengan tingginya intensitas gempa bermagnitudo kecil.
“Bukan berarti pasti ada gempa, kami tidak bisa memberikan kepastian apakah ada gempa atau tidak. Hanya saja berdasarkan survei dan kajian, gempa-gempa kecil selalu mengawali gempa-gempa besar,” tegas Dwikorita.
Mitigasi Bencana gempa Bumi dan Tsunami Jawa Timur
Pihak BMKG menuturkan sudah turun ke lapangan sejak awal tahun 2021 ke sejumlah titik potensi bencana gempa bumi dan tsunami Jawa Timur, bersama BPBD dan pemerintah setempat. Hal tersebut dilakukan untuk verifikasi lapangan peta bahaya tsunami serta pengecekan jalur evakuasi tsunami Jawa Timur.
Jalur evakuasi tsunami umumnya masih belum memadai dan beberapa tempat evakuasi yang berada pada posisi yang sulit dijangkau masyarakat.
“Kami mengapresiasi persiapan pemerintah daerah, tapi masih ada catatan secara umum seperti jalur evakuasi belum memadai, serta tempat evakuasi sementara di posisi yang sulit dijangkau masyarakat,” kata Dwikorita.
Menurutnya, kesiapan dalam menghadapi potensi bencana besar dapat dilakukan dengan perbaikan fasilitas dan akses tempat evakuasi, rambu-rambu jalur evakuasi dan edukasi “tas siaga bencana”.
Sumber: YouTube BMKG
Baca juga: Kapal Terbakar di Perairan Maluku Utara, Apa Penyebabnya?