Warga Klaten Jawa Tengah kembali digegerkan dengan penemuan hewan langka. Setelah penemuan ikan buas jenis Toman di sekitar terowongan kuno Klaten, warga setempat menemukan bulus (labi-labi) berukuran besar di dekat kolam bekas pemancingan.
“Ukurannya cukup besar, panjang 80 cm dan lebar 36 cm. Ditimbang beratnya 20 kg,” ujar warga setempat, Fajar Ari Widodo di lokasi Dusun Samber, Desa Sabrang Lor, Kecamatan Trucu, Klaten, Senin (6/9) mnegutip detik.com.
Ia mengatakan, dulu pernah ada yang menembak bulus atau labi-labi di lokasi kolam tersebut. “Biasanya labi-labi kan anaknya banyak, beda bentuk degan kura-kura. Dulu banyak gorong-gorong di kolam itu dan di timurnya ada pohon trembesi besar,” tutur Ari.
Ari mengungkapkan, saat ditemukan binatang itu sudah mati mengapung. Ia menduga bulut tersebut mati karena terkena eskavator saat mengeruk bekas kolam.
“Iya, kena backhoe atau eskavator kalau melihat lukanya. Kemungkinan (usia sudah 100 tahun) karena panjang kepala sampai ekor segitu,” pungkasnya.
Bulus tersebut rencananya akan diawetkan oleh warga yang disebutnya bisa menjadi ikon tempat tersebut.
Penjelasan LIPI Terkait Bulus atau Labi-labi

Peneliti reptil dan amfibi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy mengatakan bahwa hewan tersebut adalah bulus atau labi-labi biasa (Amyda cartilaginea).
“Dari fotonya, itu adalah jenis labi-labi biasa atau disebut Amyda cartilaginea, atau dikenal bulus,” kata Amir yang dikutip dari Kompas.com, Rabu (8/9).
Ia menjelaskan lebih lanjut, di Jawa sendiri terdapat tiga jenis labi-labi atau bulus, yaitu:
- Labi-labi bintang
- Labi-labi batu
- Labi-labi biasa (Amyda cartilagenia)
“Yang paling umum memang si labi-labi biasa ini,” imbuh Amir.
Labi-labi biasa Amyda cartilagenia umum ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Namun di Pulau Jawa sendiri bulus ini sudag jarang ditemukan karena diburu untuk dikonsumsi dagingnya. Pasalnya, bulus ini dipercaya memiliki kolagen yang bagus untuk kesehatan.
Dikarenakan populasinya yang masih banyak ditemukan, oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) spesies labi-labi Amyda cartilaginea berstatus belum dilindungi.
“Selain individu labi-labi biasa sudah jarang di Jawa, untuk ukuran sebesar itu ditemukan di habitat alam sudah sangat jarang sekali. tapai kalau di Kalimantan dan Sumatera mungkin masih ada (yang berukuran besar),” sambung Amir.
Amir menjelaskan, habitat asli bulus ini adalah sungai-sungai atau perairan yang agak dalam, dan masuk ke dalam lumpur.
Habitatnya yang tersembunyi di dalam lumpur atau perairan dalam, tak heran hewan ini jarang terekspos.
Di dalam perairan atau lumpur tersebut, labi-labi Amyda cartilagenia termasuk predator yang memakan segala hewan yang ditemuinya, termasuk bangkai hewan.
“Tidak hanya udang atau ikan, kalau ada tikus yang bergerak, termasuk memakan bangkai (hewan). Artinya jenis makanan bulus ini luas dan tidak spesifik,” jelas Amir.
Melihat ukuran tubuh labi-labi yang ditemukan di Klaten tersebut, Amir dapat memastikan bahwa hewan ini tidak produktif lagi.
“Yang masih produktif, ukurannya di bawah itu,” kata dia.
Mengingat ukurannya yang sangat besar, apalagi ditemukan di alam, ini menunjukkan bahwa hewan tersbeut sudah tua dan usianya lebih dari 10 tahun.
“Usianya lebih dari 10 tahun. Mungkin bisa 15 atau 25 tahun, tapi pasti lebih dari 10 tahun,” ujarnya.
Seperti yang diketahui bahwa habitat asli labi-labi adalah di bawah air, di lubang-lubang atau di bawah lumpur.
Saat bulus ditemukan di terowongan, kata Amir, sangat mungkin tempat tersebut menyediakan habitat untuknya tinggal di sana.
“Kenapa ada di situ? Bisa jadi ada sungai di sekitar situ yang membuatnya ada di sana. Selain itu, bulus itu bisa jalan pada malam hari dan kalau banir bisa pindah dari satu kolam ke kolam lain. Bulus itu memiliki kemampuan seperti itu,” jelas Amir.
“Nah, ketika dia menemukan habitat yang suitable bagi dia, ya mungkin dia akan stay di situ.”
Dari penjelasan Amir, dapat ditarik kesimpulan bahwa hewan ini sebenarnya adalah bulus atau labi-labi biasa yang masih umum ada di Indonesia, namun memang di Pulau Jawa sendiri sudah jarang, terlebih untuk ukuran yang sebesar itu.
Baca juga: 1,4 Hektar Gudang Shopee Kebakaran, Bagaimana Nasib Barang Pelanggan?